Jumat, 01 Juni 2012

ENABLING ENVIRONTMENT : MEMBANGUN KEBERSAMAAN SEMUA PIHAK UNTUK SToPS

Salah satu pilar penting dalam SToPS adalah Enabling Environtment, dan Kabupaten Jombang untuk point ini juga terus dibangun disamping menumbuhkan demand dan penciptaan jejaring supply. Motor utama yaitu seksi Penyehatan Lingkungan Dinkes (Kasi, staf PL dan Kabid) melakukan advokasi kepada Kepala Dinas Kesehatan agar turut mendukung SToPS. Kadinkes menyambut baik program ini dan membantu untuk lahirnya SK Bupati tentang Gerakan STBM Kabupaten Jombang. Pada level Kabupaten, walaupun belum nampak peran serta yang nyata dari Tim Koordinator Kabupaten, namun seluruh lintas sektor telah mengetahui program SToPS dan siap memberikan dukungannya. Hal ini diperkuat dengan kunjungan WSP Pusat (Lorra Thompson) pada April lalu yang sempat sharing dengan Tim Koordinator Kabupaten (juga dihadiri Wakil Bupati). 

Sementara menunggu sepak terjang Tim Kabupaten, di level kecamatan juga mulai dibangun komitmen untuk revolusi perubahan perilaku melalui SToPS ini. APBD Kabupaten pun dialokasikan untuk kegiatan rakor linsek kecamatan dimana sebagai ajang untuk advokasi, sosialisasi, dan koordinasi keberlangsungan SToPS bersama perangkat kecamatan dan lintas sektor terkait. Rakor linsek ini telah dilaksanakan di seluruh kecamatan (21 kecamatan) di Kabupaten Jombang difasilitasi langsung oleh staf Penyehatan Lingkungan penanggung jawab program SToPS. Hal ini sangat efektif karena umumnya pihak kecamatan baru “ngeh” dengan SToPS saat rakor linsek. SK Bupati yang didalamnya mengatur tentang susunan Tim Koordinator dari tingkat Kabupaten hingga level komunitas juga turut disosialisasikan.  Walaupun ada kecamatan yang tidak segera menindaklanjuti SToPS setelah rakor linsek, namun ada juga yang langsung memberikan peran nyata. Contohnya di kecamatan Perak yang menjadi percontohan enabling environtment yang kondusif (tampak di foto atas).

Kecamatan Perak memiliki camat yang antusias terhadap program SToPS, apalagi setelah kedatangan tamu dari tim JPIP dan WSP Pusat. Walaupun sedang sakit (kelainan fungsi ginjal) namun pak camat satu ini (di foto, memakai topi koboi) selalu datang bila ada kegiatan di komunitas. Salah satunya saat kegiatan pembangunan serentak 10 jamban di dusun Sembung (hasil arisan warga dan kerja sama dengan toko material) sekaligus verifikasi ODF. Perangkat kecamatan yang juga tim pemicuan Perak juga tidak pernah absen bila ada kegiatan. Kepala puskesmas juga berencana melebarkan sayap pemicuan di level sekolah di Perak (tidak menunggu dana Kabupaten lagi).

Berkaca dari Perak, kecamatan lain juga mulai dicoba untuk dibakar semangatnya.
Salah satunya seperti foto di atas yaitu di desa Johowinong kecamatan Mojoagung dimana perangkat desa, dusun, Kepala Puskesmas, Dinkes, juga turun saat monitoring ke komunitas. Namun hal ini dirasa berat bagi wilayah lain ketika yang aktif bergerak hanya sanitarian sementara ada Kepala Puskesmas yang kurang komitmennya dalam program SToPS. Ini menjadikan sanitarian lebih fokus ke program lain sehingga virus SToPS pun berjalan lambat dan kurang monitoring.  


Oleh  : Iffa Zulfana
DF Kabupaten Jombang


MERINTIS JEJARING SUPPLY

Kerjasama dengan toko material pertama kali dirintis di desa Pagerwojo, kecamatan Perak. Toko DUA PUTRA milik Pak Mahfudz ini bersedia untuk bekerjasama dalam program SToPS, bahkan beliau memberikan diskon khusus untuk wilayah Perak. Pemilik toko ini juga ikut peduli dengan perbaikan kondisi lingkungan agar tidak tercemar lagi oleh kotoran manusia.
Selain di desa Pagerwojo, kerjasama dengan toko material ini juga dirintis di desa Glagahan, desa Sembung, desa Temuwulan, dan desa Gading Mangu yang semuanya masuk kecamatan Perak. Sementara di kecamatan lain ada di desa Selorejo kec. Mojowarno, desa Karang Pakis kec. Kabuh. Kecamatan Peterongan wilayah puskesmas Peterongan juga akan mencoba membuka link dengan toko material.
Pada umumnya, kerja sama tersebut adalah dalam bentuk penyuplaian material oleh toko sesuai permintaan dan menerima pembayaran dalam bentuk cicilan per minggu / per bulan, juga ada toko material yang memberikan diskon khusus pada konsumen (karena letak toko yang berdekatan dengan desa). Komite biasanya memanfaatkan dana arisan yang terkumpul untuk membayar cicilan tersebut sesuai kesepakatan.
      Untuk mencari toko material yang mau diajak kerja sama, komite melakukan survei ke berbagai toko dan meminta daftar harga beberapa material utama untuk membangun jamban. Dengan demikian komite juga dapat memantau toko mana yang memiliki harga material termurah.
          Sedangkan ada juga komite di komunitas lain kecamatan (seperti kecamatan Ngoro) yang tidak bersedia mengadakan kerja sama dengan toko material karena takut dana arisan macet sehingga timbul kekhawatiran komite yang harus menanggung. Pihak desa yang sempat dipertemukan dengan dusun juga tidak mengiyakan kerja sama dengan toko material. Di komunitas lain, pilihan untuk melibatkan toko material tidak begitu dipakai karena selain takut menanggung dana macet juga sulit untuk mencari toko yang dapat diajak kerja sama.










Oleh  : Iffa zulfana
DF Kabupaten Jombang

KOMPETISI ANTAR DESA-DUSUN KECAMATAN PERAK

Diantara 14 kecamatan yang mengikuti program SToPS, kecamatan Perak lah yang paling getol dan menggebu untuk mewujudkan ODF Kecamatan. Komitmen kuat ini dipelopori oleh Kepala Puskesmas Perak (drg. Supracayaningsih), sanitarian (Siti Munawaroh), dan Promkes (Luluk). Rupanya semangat ini juga menulari perangkat kecamatan sehingga ikut  dalam tim pemicuan.Kecamatan Perak sudah menyusun jadwal untuk menggempur dan memicu seluruh desa dan dusun di Perak. Dana bukan masalah karena Kepala Puskesmas memiliki inisiatif untuk memanfaatkan dana desa siaga. Beliau mengaku sudah bosan dengan kegiatan desa siaga yang itu – itu saja tapi tidak menampakkan hasil, berbeda dengan SToPS ini. Dana desa siaga dikucurkan untuk pemicuan dan monitoring yang dijalankan oleh 2 tim.

13 April 2009, seluruh desa di Perak (diwakili satu dusun) telah dipicu oleh tim ini namun progressnya dirasa masih lambat. DF mencoba untuk sharing dengan Kabupaten
dan Puskesmas, terkait dengan strategi STBM Kabupaten, yang salah satunya menggalakkan kompetisi antar desa-dusun untuk dicobakan ke Perak. Kepala Puskesmas sangat setuju, walaupun harus mengeluarkan dana ekstra yang penting efektif untuk percepatan ODF. Pada tahap persiapan, juga dihadiri Training Specialist RA (Pak Asyik) untuk menggodok materi apa yang akan disampaikan. Kapus juga akan mengundang camat agar pihak desa bersemangat. Diputuskan untuk mengundang 2 tokoh penting dari 13 desa yang telah diintervensi (kecuali desa control). Komite dusun Juwet yang sudah ODF juga diundang untuk bertukar pikiran dengan komite lain. Perangkat kecamatan yang tergabung dalam tim pemicuan Perak juga dihadirkan.
               Saat proses pelaksanaan, pihak puskesmas memfasilitasi dari awal acara hingga akhir. Regional Coordinator  (Ismail) juga hadir untuk ikut membangun komitmen Perak yang sangat berpotensi. Komite dusun Juwet, Glagahan, dan Sembung menempelkan visualisasi data capaian dusunnya sehingga desa lain dapat belajar. Situasi yang diciptakan ini cukup kondusif untuk sebuah kompetisi ODF antar desa-dusun. Camat juga hadir memberikan sambutan dan menyampaikan komitmennya untuk Perak agar dapat terus bergerak menuju sanitasi total. Camat menyampaikan bahwa inilah saatnya Perak untuk dilihat dunia luar.

Ajang ini juga dimanfaatkan DF untuk update data progress dan ini juga memicu dusun ketika melihat data capaiannya lebih rendah daripada yang lain. Komite dusun Juwet juga melakukan sharing dengan dusun lain sehingga permasalahan yang ada dapat dipecahkan bersama. Komite dusun Juwet (Bu Halimah) ikut memotivasi desa-dusun lain agar dapat ODF. Di akhir acara, seluruh komite menyusun Rencana Tindak Lanjut untuk mewujudkan ODF di desanya. 

Forum kompetisi ini dirasa cukup efektif untuk percepatan ODF dan akan semakin bagus lagi bila telah ada komunitas yang ODF yang juga dihadirkan sehingga desa-dusun lain tidak menganggap program SToPS ini mustahil (karena tanpa subsidi). Untuk Kabupaten Jombang, kegiatan ini akan terus digalakkan di kecamatan lain.



DISTRICT FASILITATOR
KABUPATEN JOMBANG


IFFA ZULFANA

PIONER JAMBAN SEHAT BERBAJU LORENG

Desa babadan merupakan desa kecil di lereng pegunungan di kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi, yang berjarak ± 45 km dari Kota Ngawi kearah gunung Lawu yang kaya akan buah durian. Desa Babadan hanya terdapat 2 dusun yaitu Babadan dan Bedali yang berpenduduk 1846 jiwa (505 KK). Sebelum Program STOPS masuk, hampir 300an KK  ber akses ke sungai, karena kondisi geografis yang sangat mendukung dan belum adanya kesadaran masyarakat akan dampak BAB Sembarang tempat. 
(tampak dalam foto diatas sebagian besar masyarakat Babadan memakai sungai/parit/kebun untuk BAB)
Program SToPS berjalan di Kabupaten Ngawi baru September 2008, sedangkan kegiatan pemicuan dilakukan di Babadan pada bulan November 2008. Selama 6 bulan berjalan, secara keseluruhan Kabupaten Ngawi mengalami jalan di tempat, karena anggaran yang Rp.0,- sehingga pihak kabupaten (khususnya dinas kesehatan) tidak berani bertindak/ berkoordinasi dengan pihak lintas sektor lain ataupun ke struktural tingkat kecamatan/puskesmas. Pihak kabupaten merasa tabu kalau koordinasi tanpa membawa anggaran. Mereka masih ada rasa malu, sungkan, tidak enak sehingga program pun tidak dijalankan dengan baik. Melihat respon yang kurang baik, pihak structural di tingkat kecamatan/puskesmas menganggap bahwa Program ini tidak serius karena kabupaten saja tidak ambil pusing, Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap kinerja teman-teman fasilitator dan orang-orang di kecamatan dan puskesmas. Hampir 35 fasilitator yang dilatih, hanya ada 3 yang aktif, yang lainnya baru bergerak ketika di ajak untuk berkeliling.
Selama Kabupaten mati suri, kecamatan dan puskesmas pun ikut tidur lelap hingga desa sasaran tidak ada yang memantau sama sekali. Pendamping berusaha memicu kabupaten dan fasilitator dengan memperlihatkan capaian yang rendah karena tidak adanya tim yang memonitoring. Yang sungguh di luar dugaan, justru bukan pihak kabupaten dan fasilitator yang bergerak hati untuk memperjuangkan “Ngawi terbebas dari ranjau TAI” justru pihak purnawirawan berbaju loreng yang sangat antusias mengetahui program SToPS dan menjadi relawan untuk melakukan pemicuan, monitoring dan berkoordinasi secara inovatif mencari celah di lintas sector. Berkat kerjasama yang baik dan kegigihan beliau, “enabling”di kecamatan Ngrambe mulai terbentuk. Pihak muspika, polsek, TNI, Diknas, PKK, Kecamatan, Puskesmas, duduk bersama untuk mencari solusi bagaimana Program SToPS bisa berjalan dan meluas di kecamatan Ngrambe walaupun pihak Kabupaten tidak memperhatikan. Akhirnya mereka membentuk Tim SToPS Kecamatan Ngrambe. Tim ini beranggotakan orang-orang di forum kesehatan, puskesmas (PL&Promkes), PKK,UPT Kecamatan, Guru, anggota pramuka, muspika, bidan desa. Tanpa bimbingan dan perhatian dari kabupaten, tim ini terus berjalan melakukan replikasi hingga 14 desa di kecamatan Ngrambe sudah dilakukan pemicuan.Tim juga menyusun jadwal monitoring. Yang luar biasa adalah mereka melakukan replikasi, memicu, dan monitoring, tidak memiliki anggaran sama sekali. Tetapi berkat koordinasi dan hasil triggering ke aparat desa khususnya kepala desa, cairlah ADD Desa Sehat yang sebelumnya akan digunakan untuk stimulant dialihkan untuk biaya pemicuan dan monitoring.
Berikut foto-foto antusiasme masyarakat Babadan yang ingin lingkungannya terbebas dari ranjau TAI

Melihat antusias dari masyarakat yang luar biasa sangat disayangkan ketika pihak kabupaten masih saja ego program, punya rasa sungkan tidak ada anggaran, ego politik yang membuat kabupaten tidak respek dengan program. Kabupaten terlampau menganggap remeh masyarakat, kabupaten beranggapan program tanpa stimulant, itu menyulitkan dan masyarakat tidak mau bergerak, padahal kenyataan di masyarakat jauh berbeda.

Kegiatan SToPS di desa Babadan biasanya disisipkan ketika ada rembug desa/arisan.








Kegiatan Gotong royong membangun jamban sehat Desa Babadan yang melibatkan TNI








Kegiatan Monitoring
Di desa Babadan, monitoring dilakukan oleh tim monitoring (forum desa, purnawirawan, muspika, natural leader, komite, aparat desa, sanitarian puskesmas, bidan desa)
(Foto diatas: Pak Tentara-Marlan sedang mengecek jamban masyarakat)













Jamban Kreasi Desa Babadan adalah sebagai berikut










Jamban sehat dan sederhana milik masyarakat Babadan, biaya yang dibutuhkan untuk membangun jamban sehat hanya Rp.180.000,-

Desa Babadan juga sudah mulai mencetak sendiri closed, tetapi karena setelah dihitung biaya pembuatannya dan jatuhnya mahal, akhirnya masyarakat memilih untuk membeli, apalagi setelah ada kerjasama dengan supplier dari Sragen, harga closed yang aslinya Rp.30.000,- menjadi Rp.21.000,- (tetapi dengan batas pembelian > 60 closed.
(Foto di atas tampak cetakan closed dan closed yang sudah jadi hasil karya masyarakat Babadan)
Foto kiri, Nampak jamban closed buatan asli warga desa Babadan, sebelah kanan, closed dari toko/pabrik. Menurut masyarakat setempat, setelah dihitung ternyata lebih murah dan awet membeli ketimbang membuat. Hal ini dikarenakan, di Ngrambe, ketika masyarakat mengikutkan pihak ke-3 supplier, dimana permintaan akan jamban, dikoordinir tim, dalam 1 paket pembelian (80 closed mendapat potongan harga @Rp 9.000,-/biji, sehingga closed-tanpa merek ini diterima masyarakat seharga Rp 21.000)
Hampir 6 bulan berjalan, akhirnya desa Babadan berani melakukan verifikasi dan deklarasi ODF. Desa dan puskesmas sudah mengetuk pintu kabupaten untuk berkoordinasi agar  bersama-sama melakukan verifikasi dan deklarasi. Tetapi respon kabupaten sangat lambat, mereka terbentur dengan warna parpol, dimana di luar bendera yang sama, sulit untuk di ajak duduk bersama. Karena mengalami kebuntuan, desa beserta kecamatan dan puskesmas melangkah sendiri tanpa kabupaten. Tim STOPS Kecamatan mengundang WABUP Ngawi untuk menyaksikan deklarasi Desa Babadan ODF.

DEKLARASI DESA BABADAN ODF
WABUP Kab.Ngawi memberikan sambutan (foto kiri) WABUP tampak antusias menggunting pita “symbol deklarasi desa Babadan 100% ODF”(foto kanan)
WABUP Kab Ngawi beserta TTL-WSP (bu R.Indra Josodipoero) menandatangani closed (yang nantinya closed tersebut akan dipasang pada tugu ODF Desa Babadan)
Pasca Deklarasi Desa Babadan ODF, kabupaten serasa dipukul kencang, karena pada saat sambutan, si Pejuang baju Loreng dengan lantang berbicara dengan semua orang bahwa selama ini kabupaten tidak tahu apa-apa tentang perkembangan SToPS Kecamatan Ngrambe khususnya Desa Babadan karena kabupaten sedikit pun tidak mau ikut terlibat. WABUP sempat menjawab dengan “guyonan” kalau dinas kesehatan beda DAPIL sehingga sangat wajar dan harap maklum kalau dinas kesehatan tidak bergerak. Hal ini sangat ironis dan aneh di dengar tapi itulah  Kabupaten  Ngawi yang “unik”. Wujud kegiatan untuk menutupi rasa malu kabupaten, tim di Kabupaten mulai menyusun draft proposal dan dengan cepat mengajukan, berhubung WABUP berjanji akan membantu mengawal anggaran, dana SToPS untuk Kabupaten Ngawi yang tadinya hanya 22 juta diharapkan bertambah menjadi 100 juta, dimana 78 juta diambilkan dari P-APBD 2009.
Harapannya dengan cambuk rasa malu yang dipecutkan dari Pejuang Baju LOreng untuk Kabupaten, membuka mata kabupaten untuk bergerak, karena masyarakat di bawah sudah semangat, jangan sampai masyarakat tidak lagi ada kepercayaan dengan kabupaten karena dianggap memberi contoh “mau bergerak kalau ada uang berlebih”.

Semangat terus dan pantang menyerah….
Salam ODF…
Ratih Hafsari Purwindah, SKM


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India